Satu Suro Dan Tahun Baru Hijriyah

Sebagian orang pasti sangat menantikan malam yang satu ini, malam ini merupakan malam yang hanya ada satu kali dalam setahun sehingga banyak orang yang enggan untuk melewatkannya, malam apakah itu? Selain perayaan tahun baru Hijriyah 1 Muharam, di Indonesia khususnya masyarakat Jawa mengenal tradisi lain yang dinamakan malam 1 Suro. Hal ini tidak aneh, mengingat 1 Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa. Tanggal 1 Suro dalam kalender Jawa bertepatan dengan 1 Muharam dalam kalender Hijriyah.



Tidak hanya sebagai penanda awal tahun, peringatan 1 Suro juga kental dengan berbsgai tradisi. Seperti Yogyakarta dan Surakarta. Dua wilayah ini memang merupakan turunan langsung dari Kesultanan Mataram Islam.

Pada Keraton Yogyakarta perayaan malam 1 Suro dilakukan dengan iring-iringan kirab. Rombongan iring-iringan ini biasanya akan membawa keris dan benda pusaka lainnya mengelilingi benteng keraton. Tradisi ini dikenal dengan nama mubeng benteng.

Dalam pelaksanaan mubeng benteng dikenal juga tapa bisu. Artinya, selama melakukan ritual mubeng benteng tidak diperkenankan untuk berbicara alias membisu.

Pada keraton Kesultanan Surakarta juga menggelar tradisi yang disebut kirab, namun ritual ini melibatkan hewan kerbau. Kerbau yang dilibatkan dalam kirab adalah kerbau bule keturunan Kiai Slamet. Dalam buku babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kerbau bule adalah hewan kesayangan Sultan Paku Buwono II.

Sementara di Semarang, dikenal tradisi kungkum atau berendam hingga memandikan benda kesayangan. Lokasi berendam biasanya dilakukan di Tugu Soeharto , kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Surakarta, Semarang. Tugu Soeharto sendiri terletak di antara pertemuan Kali Kreo dan Kali Kripik.

Selain kota-kota tersebut, perayaan malam 1 Suro juga banyak digelar di daerah-daerah lain dengan melakukan ritual ruwatan dan lek-lekan. Ruwatan biasa dilakukan dengan mengadakan pagelaran wayang kulit atau mandi di sungai yang memiliki 7 penjuru, maksudnya sungai tersebut memiliki 7 aliran air yang memiliki 7 aliran yang menuju satu titik. Sementara lek-lekan adalah tradisi warga untuk tidak tidur semalam suntuk selama malam 1 Suro yang bisa diisi dengan perenungan diri sembari berdoa.

Malam 1 Suro juga biasanya diisi dengan berziarah ke pusara tokoh-tokoh besar Islam. Tidak sedikit pula yang merayakan malam 1 Suro dengan pawai obor sembari bersalawat.

Pada dasarnya tradisi malam 1 Suro difokuskan pada ketenangan hati, karena itu pada perayaan malam 1 Suro juga diikuti dengan pembacaan doa. Tanggal 1 Suro juga menjadi pengingat diri kedudukan manusia sebagai mahluk ciptaan allah.

Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharram  dalam kalender hijriyah, karena Kalender jawa yang diterbitkan Sultan Agung mengacu pada penanggalan Hijriyah (Islam).

Satu suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tangal satu biasanya disebut malam satu suro, hal ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.

Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat pada malam satu suro dilarang untuk ke mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain.
Malam satu Suro memang terkenal sakral dan penuh aura mistis bagi sebagian orang, Sebenarnya ada apa sih di malam satu suro?

Mitos seputar malam satu suro pun hingga kini seringkali masih terdengar di telinga manakala hari pergantian tahun baru Islam tersebut semakin dekat.

Banyak cerita angker dan penuh mistis tentang malam satu suro, di bawah ini adalah di antaranya :

Malam Satu Suro adalah Lebarannya Makhluk Gaib

Kisah ini pasti sudah kerap terdengar di telinga kita, sebagian masyarakat pada masa lalu mempercayai jika malam 1 suro merupakan lebaran bagi makhluk gaib sehingga banyak di antara mereka yang keluar dari tempat persinggahan masing-masing.

Malam Satu Suro Munculnya Benda-Benda Gaib (Jimat)

Banyak orang yang percaya pada malam ini banyak sekali benda-benda seperti keris, pedang, batu jimat, dan benda-benda pusaka yang menampakan diri dan berterbangan.

Malam Satu Suro Waktunya Untuk Memberi Makan Pusaka

Pada malam ini dipercaya oleh sebagian orang bahwa pada malam ini adalah waktu yang paling tepat untuk memberi makan pada benda pusaka yang dimiliki. Pemberian makanan tersebut mencakup seperti memberi wewangian minyak dan memandikan benda pusaka dengan air bunga, konon agar penunggu benda tersebut tidak marah.

Sekian dulu pembahasan mengenai malam satu suro dan tahun baru hijriyah dari saya, semua itu kembali kepada pribadi masing-masing untuk dapat memilah dan memilih mana yang baik untuk dikerjakan dan mana yang tidak.

0 Response to "Satu Suro Dan Tahun Baru Hijriyah"

Post a Comment